letusan krakatrau 1883
Kata pengantar
Assalamu’alaikum, Wr Wb
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah letusan Krakatau 1883
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan . Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. selaku Dosen pengajar Mata Kuliah internet yang telah membimbing dalam proses penyempurnaan makalah ini.
Demikianlah pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan pemakalah sendiri khususnya.
Wassalamu’alaikum, Wr Wb
Bandar lampung,16 januari 2011
Pemakalah
RIKI APIT
Krakatau
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf Letusan Krakatau sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
Perkembangan Gunung Krakatau
Gunung Krakatau Purba
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.
Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera
|
Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Munculnya Gunung Krakatau
Perkembangan Gunung Krakatau
Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.
Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
Erupsi 1883
Sebuah litografi yang dibuat pada tahun 1888 yang menggambarkan Gunung Krakatau pada kejadian Erupsi 1883.
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Anak Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.
Anak Krakatau
Anak Krakatau, dua tahun sejak awal terbentuknya. Foto diambil 12 atau 13 Mei 1929, koleksi Tropenmuseum.
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Anak Krakatau, Februari 2008
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau" juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan sebelumnya.
letusan Krakatau (1883) “Fenomena Warna di Langit Dunia”
![1883_krakatau](file:///C:/DOCUME%7E1/onet-4/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.jpg)
Selama lebih dari 3 tahun lamanya aerosol volkanik yang terjebak di stratosfer menyebabkan atmosfer berubah menghasilkan perubahan warna matahari terbenam dan terbit, efek warna kebiruan-kehijauan dan fenomena halo pada matahari dan bulan di seluruh penjuru dunia.
Letusan Krakatau pada 1883 berlangsung lebih dari sekali. Dimulai dari gempa volkanik yang berlangsung pada minggu pertama bulan Mei 1883 yang terasa di Jawa Barat. 20 Mei 1883 pukul 10.30 adalah dimulainya letusan Krakatau pertama kali yang disaksikan oleh kapal perang Jerman Elizabeth yang melintas di selat Sunda. Tercatat bahwa letusan tersebut menghasilkan awan debu volkanik hingga ketinggian 11 km dan terasa hingga Batavia (160 km dari Krakatau) dan pada pukul 14.00 di sekitar selat Sunda pemandangan menjadi gelap akibat letusan tersebut. Gempa volkanik dan letusan-letusan kecil terus terjadi pada bulan Mei dan Juni di tahun yang sama.
Pada tanggal 26 Agustus 1883 Krakatau kembali meletus dan memuntahkan material piroklastik ke lautan di sekitarnya memicu terjadinya tsunami. Gelombang tsunami menyapu teluk Lampung, Teluk Betong, Caringin, Anyer dan Merak. Kapal Charles Bal berbendera Inggris yang melintas di Anyer pada tanggal 27 Agustus pagi melaporkan bahwa kondisi yang mengenaskan dengan rumah-rumah penduduk hancur, pohon-pohon tercabut dari akarnya dan mayat-mayat bergelimpangan akibat tersapu gelombang tsunami.
Pada tanggal 27 Agustus 1883 seri letusan Krakatau kembali terjadi. Tercatat setidaknya terjadi 4 kali letusan besar yang dimulai pada pukul 5.30 hingga 10.15 dan menghancurkan pulau Krakatau tersebut. Suara letusan terdengar hingga Australia, Filipina, Sri Lanka dan Pulau Rodriguez yang jaraknya 4.700 km dari Krakatau. Total debu volkanik dan piroklastik yang dimuntahkan oleh Krakatau sekitar 30 km3 menghasilkan indeks letusan (Volcanic Explosity Index) pada angka 6 yang berarti Sangat Besar. 2/3 dari pulau Krakatau runtuh dan segera setelahnya gelombang tsunami kembali terjadi menyapu sejauh 4 km di pantai Jawa dan Sumatera. Ketinggian gelombang tsunami mencapai 15 m – 40 m menghancurkan 165 kampung dan merusakkan 135 lainnya.
Tidak ada yang tahu secara pasti jumlah korban jiwa akibat letusan Krakatau baik secara langsung maupun tidak langsung. Data yang dikeluarkan oleh pihak Belanda mencatat 34.417 orang tewas, 90% dari korban tersebut meninggal akibat tsunami dan 10% lainnya akibat letusan langsung dari Krakatau. Gelombang tsunami juga meratakan semua sumber penghidupan masyarakat yaitu perkebunan dan persawahan.
Letusan Krakatau memuntahkan batuapung yang sangat melimpah hingga memenuhi selat Sunda dan Samudera Hindia. Empat minggu setelah letusan Krakatau, kapal-kapal yang melintas selat sunda dan Samudera Hindia selalu menemui kumpulan batuapung menghampar di lautan dan terkadang menemui mayat manusia atau hewan di atasnya.
Debu dari letusan Krakatau menyebar hingga 2.500 km terbawa angin segera setelah letusan terjadi. Partikel gas dan sulfur dioksida bergabung dengan hidrogen di stratosfer menghasilkan hujan asam sulfur. Aerosol yang dihasilkan juga menghalangi sinar matahari dan menurunkan suhu di 70% belahan dunia walaupun tidak seluas dari letusan Tambora (1815). Setidaknya 3 tahun lamanya langit dunia membiaskan warna yang tidak biasa dan adanya efek halo pada matahari dan bulan.
Empat puluh tahun setelah erupsi pada 29 Desember 1927, sejumlah nelayan terkejut dengan dengan kehadiran asap dan semburan gas di tengah laut pada lokasi erupsi Krakatau terdahulu. Seiring waktu, fenomena semburan asap dan gas itu berkembang menjadi sebuah gunungapi dengan ketinggian saati ini tercatat 180 m dan luas area 10 km2 yang diberinama Anak Krakatau. Anak Krakatau dinobatkan sebagai laboratorium alam menyediakan proses regenerasi biologi secara natural dari kepunahan Krakatau terdahulu.
Kronologi Letusan Gunung Krakatau 1883
. bagai melanda bumi saat diguncang letusan Gunung Krakatau 1883. Awan panas menebar maut, longsoran bawah laut yang membangunkan tsunami garang setinggi 40 meter, menggelucak samudra Hindia dan melenyapkan lebih dari 36.000 nyawa manusia. Tsunaminya merambat hingga ke Hawaii, pantai barat Amerika, dan Semenanjung Arabia.
Krakatau memuntahkan batu dan abu vulkanik, melontarkan benda-benda keras hingga mencapai Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru. Menciptakan cekungan luas berdiameter 7 km dan kedalaman 250 meter di Pulau Rakata. Awan membara dan hamburan debunya mencapai Norwegia.
Suara dentumannya terdengar hingga Australia dan Pulau Rodrigues di dekat Afrika. Debu vulkanik mencekam langit dalam menenggelamkan dunia dalam kegelapan total selama dua hari penuh. Bahkan, matahari redup hingga berbulan-bulan lamanya dan alam serentak mengalami perubahan iklim global
Bukan Pertama Kali
Adalah kitab Pustaka Raja Parwa yang ditulis 416 Masehi, menyebutkan sebuah ledakan dahsyat Gunung Batuwarna, nama lain Krakatau Purba, yang menciptakan banjir besar, badai laut, dan membelah Pulau Jawa menjadi dua. Belahan itulah yang kemudian bernama Sumatra.
Ledakan tahun 416 melumat tiga perempat gunung setinggai 2.000 meter, sehingga membentuk kaldera bawah laut dengan mulut menyembul ke atas permukaan dan dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung.
Malapetaka ini mengancurkan peradaban Persia, Nazca, dan Arabia Selatan, menghilangkan kota Maya dan Tikal, menimbulkan kekacauan di Romawi. Temperatur turun 5-10 derajat akibat sinar matahari tidak bisa mencapai bumi karena atmosfir dipenuhi material awan dengan ketebalan 20-150 meter.
Tahun 1680, Krakatau kembali meletus memuntahkan lava andesit asam. Lalu, setelah itu, Krakatau terlelap selama 200 tahun lamanya sebelum meletus lagi dengan dahsyat pada 26-27 Agustus 1883.
Kronologi Ledakan 1883
Data-data letusan 1883 banyak ditemukan pada tulisan dan kesaksian warga Belanda yang tinggal di wilayah kolonial, Indonesia. Diceritakan bahwa Gunung Krakatau sudah menunjukkan tanda-tanda aktif sejak bulan Mei, berupa batuk-batuk kecil.
Namun, keterbatasan ilmu geologi saat itu tidak menangkap hal tersebut sebagai sebuah peringatan tanda bahaya. Bahkan, saat letusan berlangsung pada 20 Mei, di mana abu gunung dan material vulkanik terlontar mencapai ketinggian 11 km, belum ada dugaan bahwa Krakatau tengah mengawali ledakan masif tiga bulan berikutnya.
Minggu, 26 Agustus, pukul 13.00 terdengar gemuruh dari arah gunung yang terlihat jelas dari Pelabuhan Merak itu. Suaranya terdengar hingga Batavia. Dan dari jarak ratusan kilometer, terlihat menyerupai kilat petir disertai guntur. Langit suram kelam. Mendung aneh terlihat menggelantung. Hujan turun dan tidak seperti biasanya, kali ini yang jatuh berupa butiran es.
Bau belerang amat menusuk udara Serang. Sementara Batavia diselimuti udara dingin yang aneh. Suhu turun drastis. Di Anyer, alam bahkan tenggelam dalam kegelapan total. Tangan di depan mata pun tak terlihat tanpa bantuan cahaya. Pukul 17.00, gemuruh semakin riuh dicampur ledakan beruntuk serupa meriam salvo. Dari Batavia terlihat kilatan halilintar semakin kerap. Bukan halilintar biasa, sebab dari cahayanya terlihat bahwa sambarannya ke atas, bukan ke bawah.
Suasana senja itu mencekam. Tidak ada berita dikirim dari Anyer maupun Serang. Orang-orang di Batavia bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Sebagian orang menyangka Krakatau meletus, namun yang tidak mereka perkirakan adalah besarnya malapetaka yang sedang ditebar.
Malam harinya, tidak ada yang berani tidur. Semua orang waswas menunggu kepastian. Sebagian orang menyangka kiamat datang lebih cepat. Wajah-wajah panik berkeliaran di jalan-jalan. Penduduk asli Batavia berkumpul di masjid-masjid untuk berdoa.
Menjelang subuh, kembali terdengar suara gemuruh. Letusan beruntun lebih kerap dan keras dari sebelumnya. Asap vulkanik membentuk tabir atmosfer dan menurunkan suhu secara drastis. Gempa hebat terjadi di Banten dan Jakarta. Hujan abu mewarnai pagi, dan matahari hilang dari langit.
Barulah pada 27 Agustus, pukul 10:02 pagi, masyarakat dibuat terperangah oleh ledakan berkekuatan lebih dari 26 kali bom hidrogen terkuat yang pernah dibuat manusia dalam percobaan modern. Material vulkanik menembus angkasa hingga ketinggian 55 km.
Gelombang pasang menerjang Merak dan menyapu permukaannya tanpa sisa. Hujan abu berganti hujan kerikil dan material yang lebih besar. Tengah hari pukul 12, Jawa Barat dan Batavia gelap gulita, dan tersiar kabar tsunami mencapai Tanjung Priok. Kapal-kapal besar seperti Prinses Wilhelmina dan Kapal Tjiliwoeng menggelepar di daratan setelah dilambungkan ombak pasang. Caringin luluh lantak, dan Teluk Betung bagai tercampak dari peta.
Tsunami terjadi tiga kali, yakni pada minggu petang, Senin pagi pukul 6.30, dan saing hari pukul 10.30. Gelombang terakhir yang paling dahsyat. Gelap total seluruh alam selama beberapa hari karena selimut awan bercampur material vulkanik. Saat ketebalan asap berkurang dan alam mulai terang, Gunung Krakatau telah hilang berganti dengan cekungan kaldera yang luas dan dalam.
Dua hari setelah letusan, sabuk debu masih tersimpan di awan dan terbawa hingga Afrika. Dua bulan kemudian, debu masih belum sepenuhnya terlepas dari awan, bahkan menyebar ke seluruh dunia, dan pada bulan ketiga sabuk debu mencapai Eslandia.
Debu itu mengubah panorama langit dan menimbulkan dampak optik yang menakjubkan seperti korona, matahari atau bulan terlihat berwarna merah, hijau atau biru di beberapa tempat di dunia. Fenomena itu berlangsung hingga berbulan-bulan setelah letusan.
UFO muncul di letusan gunung krakatau 1883
![](file:///C:/DOCUME%7E1/onet-4/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.jpg)
Surat kabar The New York Times yang terbit pada 3 Juli 1908, seperti dikutip www.geocities.com, melaporkan bahwa pada saat gunung Krakatau yang terletak di selat Sunda meletus pada tahun 1883, terlihat cahaya-cahaya aneh di langit yang sukar dijelaskan.
Banyak kasus penampakan UFO lainnya. Misalnya fakta yang disampaikan Marsekal Muda TNI (Purn) J Salatun dalam bukunya "UFO Salah Satu Dunia Masa Kini." Salatun menyebutkan banyak sekali laporan kemunculan UFO di Indonesia, antara lain di Surabaya selama seminggu 18-24 September 1964.
Saat itu benda asing itu nampak dengan mata telanjang maupun lewat radar dan muncul di daerah segitiga: Surbaya, Malang, dan Bangkalan. UFO itu bahkan sempat ditembaki dengan meriam arteleri pertahanan udara, namun tidak ada yang jatuh. Dikabarkan salah satu UFO itu juga pernah mendarat di sebelah selatan Surabaya.
letusan Gunung Krakatau, 1883
![](file:///C:/DOCUME%7E1/onet-4/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg)
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, Gunung Krakatau meletus. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geoghrapic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluh-lantakkan dalam sejarah manusia moderen. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 peduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama Tambora (1815) mencatatkan nilaiVolcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Sedangkan buku The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Selain itu, ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Langka, India, Pakistan, Austral;ia dan Selandia Baru.
Akibat letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak ( Serang ) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung layar di Pulau Panaitan ( Ujung Kulon ) serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.Selain itu suara letusan Gunung Krakatau juga sampai terdengar di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfir. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan krakatau 1883
![](file:///C:/DOCUME%7E1/onet-4/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.jpg)
jakarta – Indonesia tidak akan pernah bisa melupakan tragedi kelam keganasan alam, meletusnya gunung krakatau pada 26-27 Agustus 1883. Sebanyak 36 ribu orang tewas dan alam kelam.
Gunung yang terletak di Selat Sunda dan diapit oleh Pulau Jawa dan Sumatra, memiliki tinggi 813 meter. Pada 126 tahun silam, suara letusan Krakatau terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4,653 kilometer bahkan suaranya didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Ledakan gunung Krakatau saat itu, diperkirakan lebih besar 30 ribu kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
letusan Gunung Krakatau, 1883
![](file:///C:/DOCUME%7E1/onet-4/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg)
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, Gunung Krakatau meletus. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geoghrapic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluh-lantakkan dalam sejarah manusia moderen. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 peduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama Tambora (1815) mencatatkan nilaiVolcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Sedangkan buku The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Selain itu, ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Langka, India, Pakistan, Austral;ia dan Selandia Baru.
Akibat letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak ( Serang ) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung layar di Pulau Panaitan ( Ujung Kulon ) serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke
pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.Selain itu suara letusan Gunung Krakatau juga sampai terdengar di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfir. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Sejarah Ledakan
Sebelum terjadi ledakan pada 26-27 Agustus, gunung Krakatau yang persatuan dari gunung Danan, Perbuwatan dan Rakata, mulai mengalami letupan kembali sejak 20 Mei 1883. Setelah 200 tahun tidak terjadi ledakan lagi, pada Senin 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.Kini, gunung Krakatau menyisakan Anak Krakatau yang
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar